Oleh: Stephanie Eka
Epoch adalah lagu pertama yang Aku dengarkan dari album Monsterrambo. Ini adalah debut album dari Lipur, duo yang digawangi oleh Harlan Boer dan Deni Taufiq Adi.
Ada pengalaman tersendiri saat mendengarkan album ini. Saat diputar, seiring musik mengalun, Aku langsung merasa kalau harus membagikan kesan pribadi tentang album Monsterrambo ini dalam bentuk tulisan.
Alih-alih review album yang membahas teknis, aransemen, komposisi, dan lain sebagainya, tulisan ini lebih ke cocoklogi antara lagu-lagu di album ini dengan riwayat film-film yang pernah Aku tonton. Bayangannya kira-kira: kalau lagu-lagu di album ini jadi soundtrack film, film apa yang sekiranya cocok?
Well, inilah interpretasi personalku untuk “Monsterrambo”.
Epoch – Outlaw Johnny Black (2023)
Kembali ke Epoch. Entah kenapa yang langsung terbayang adalah vibe dari film koboi Outlaw Johnny Black yang pernah kutonton. Film komedi ini bercerita tentang perjalanan Johnny Black yang ingin balas dendam kematian ayahnya.
Adapun, kelakuan karakter Johnny di film ini ada mirip-miripnya dengan Benyamin Sueb yang juga pernah membintangi film koboi. Suka ngadi-ngadi serta aneh bin ajaib. Sudah mulai terbayangkah perpaduan trio Epoch-Johnny-Benyamin?
Di saat yang sama, Epoch punya kesan romantis, melankolis, dan suasana ruangan bioskop saat lampu mulai diredupkan sebelum film diputar. Aku pun mengira lagu-lagu lain dalam album ini akan memiliki nuansa yang sama. Ternyata aku keliru.
Gali – Låt den rätte komma in/Let the Right One In (2008)
Sementara Epoch memiliki aura western movie koboi-koboi, lagu Gali tidak demikian. Lagu yang cukup singkat ini mengingatkanku akan rilisan-rilisan pribadi Harlan, dengan suara dan gaya penceritaannya yang khas.
Namun, dalam formasi duo Lipur bersama Deni Taufiq Adi, “Gali” menjadi lagu yang somewhat problematic sehingga ingin aku letakkan sebagai musik latar di dalam film Swedia berjudul “Låt den rätte komma in”. Mungkin juga di film Orphan (2009).
Fyi, film Let the Right One In bercerita tentang “pertemanan” antara seorang remaja laki-laki manusia dengan “bocil”, tapi vampir, di kota Stockholm.
Waltz Kosmos – Monster House (2006)
Setelah Gali, masuklah Waltz Kosmos. Lagu yang semakin meyakinkanku untuk mengasosiasikan setiap lagu di album Monsterrambo dengan film atau apapun yang pernah kutonton. Azeg.
Samar-samar terdengar suara Deni di Waltz Kosmos. Deni, is dat chu? Jika ingatanku tentang sosok Deni masih sama, maka Waltz Kosmos adalah seperti menyerupai seorang Deni. Hehehehe..
Waltz Kosmos cocok untuk adegan kunjungan ke sirkus terbengkalai di sore-sore menjelang malam pada musim gugur yang berangin. Seperti menonton film animasi tahun 2006 yang berjudul Monster House.
Menjelang akhir lagu, aku seperti masuk ke dunia permainan bertahan hidup abad pertengahan. Kombo film dan game yang sepertinya seru untuk dimainkan bareng maupun sekadar nonton gameplay-nya!
Waltz Kosmos akan menjadi soundtrack pilihanku untuk game horor bertahan hidup apokaliptik dan pasca-apokaliptik dengan trope, atau struktur plot, time-travel.
Pupa – Clarence (2014)
Pupa adalah lagu yang lucu bagiku. Tentunya lucu dalam artian menyenangkan. Jadi, aku akan memasukkan lagu ini ke dalam Clarence, serial animasi televisi Amerika kesukaan keponakanku.
Seperti mengikuti Clarence yang kadang bikin gregetan, tidak biasa, tapi kocak. Begitu pula kesan yang timbul saat mendengarkan Pupa. Film lain yang juga teringat adalah Jumanji, namun dengan sisipan plot horror.
Dari Hari Kecil – Stranger Things Season 3 (2019)
Mendengarkan “Dari Hari Kecil” membuatku memutar kembali kisah cinta karakter Mike-Eleven dan Lucas-Max yang lagi “anget-anget tai kotok” di season ketiga serial Stranger Things.
“Dari Hari Kecil” rupanya mengandung kegalauan yang manis milik abege-abege bau matahari. Mewakili dinamika perasaan kawula muda tahun 1980-an dalam bidang percintaan yang sukses bikin saya senyum-senyum lalu ketawa ngakak karena masih bisa relate. Ahahahahha.
Epilogue – Manusia 6.000.000 Dollar (1981)
Say no more! Track ini pas banget, sih, untuk dijadikan salah satu soundtrack, jika seandainya film sci-fi Indonesia yang satu ini dibuat ulang.
Amukan – Ferris Bueller’s Day Off (1986)
Bagiku, vibe Amukan itu seperti anak kecil yang pecicilan dan badung. Nah, karakter Ferris Bueller yang diperankan oleh Matthew Broderick dalam filmnya John Hughes ini langsung terngiang di kepalaku.
Bersamaan dengan Ferris Bueller, ada juga karakter Max Fischer yang diperankan oleh Jason Schwartzman di film Rushmore (1998) karya Wes Anderson.
Ferris membolos demi hangout bersama bestie dan pacar-nya, sementara Max berusaha merebut hati guru yang juga merupakan gebetan dari mentornya. Pelik memang amukan darah muda itu. Cocoklah sudah!
Tentakel – Lock, Stock and Two Smoking Barrels (1998)
Begitu mendengar Tentakel, otakku langsung membongkar arsip film-film atau serial produksi United Kingdom yang pernah kutonton. Mencuatlah film-film Guy Ritchie dan juga film Quadrophenia (1979).
Tapi, aku lebih ingin memasangkan Tentakel dengan Lock, Stock and Two Smoking Barrels karya Guy Ritchie karena film ini cukup berperan besar dalam membentuk gambaran tentang Inggris yang sebenarnya di dalam benakku. Bagaimana menurutmu?
Ganti Rupa – Being John Malkovich (1999)
Lirik Ganti Rupa rasanya cocok untuk mengisi film ini. Berbicara tentang perubahan wujud, pikiran, emosi bahkan watak, seperti yang perlahan dialami oleh Lotte Schwartz (Cameron Diaz).
Bayangkan Ganti Rupa mengiringi adegan saat Lotte pertama kali melihat pintu yang menghubungkan kantor suaminya dengan lorong pikiran di dalam kepala John Malkovich. Sungguh pengalaman yang surreal dan sedikit freaky.
***
Tentang Lipur
LIPUR adalah Deni Taufiq Adi (Reid Voltus/Sex Sux) pada vokal, Casiotone MT-45, Alesis SR18, Fender Cyclone, ukulele, dan pemrograman bersama Harlan Boer (Room V/ C’mon Lennon) pada vokal & Yamaha PSR-12. Mereka membentuk proyek musik minimalis jarak jauh antara Bogor dan Leiden.
Single pertama Lipur, “Amukan” dengan b-side “Artefak (Terus Memanggil)” dirilis oleh Her Fantastic Mother Future (HFMF) Records pada 29 Agustus 2024, diikuti album penuh “Monsterrambo” pada 10 Oktober 2024.
“Monsterrambo” adalah album konsep berisi 9 lagu di mana setiap lagunya menjalin cerita tentang dua arkeolog kembar yang meneliti artefak era monster-monster berkuasa, hingga mereka berdua menyatu, berubah wujud, kehilangan kendali menjadi Monsterrambo.