The Sounds Project 2024
The Experience Brothers (by Satria Ramadhan)

Masuk Jenggo Baru, Peluru Sudah Dilepas! The Experience Brothers Kembali Berderu!

Lama tak mendengar kabar, yang terbaru ini menyeruduk!

Pagi, cek HP. Ada kabar bahwa The Experience Brothers merilis single baru, dengan personil baru. Vokalis/gitaris Ibrahim Saladdin memutuskan berhenti bermusik dan fokus ke pekerjaannya kini, jadi posisinya digantikan oleh Andri Aruna Putra yang bernyanyi sambil bermain bas. Sementara Daud Sarassin tak beringsut duduk di kursi drum. Format duo rock itu kembali bergulir.

Saya meluncur ke tautan, memasang lagunya, judulnya “Buddo”. Seketika mendapatkan kesegaran yang enak, bahkan tersentak. Sudah lama tidak mendengar kabar dan mendengar musik The Experience Brothers, yang terbaru ini menyeruduk!

Teringat akan pertunjukan-pertunjukan The Experience Brohers yang acap kali pol, keras, mengandung petualangan intens, dan menggoyangkan. Dengan “Buddo” hari ini, sepertinya di panggung nanti akan kembali menderu.

Satria Ramadhan dari SRM Booking and Services, yang menangani manajemen duo itu, kemudian malah membocorkan ke saya video penampilan The Experience Brothers untuk perhelatan Bangkok Music City nanti. Beberapa lagu mereka mainkan. Dari katalog lama maupun tentu saja single terbaru “Buddo”.  Andri bernyanyi dan bermain bas dengan kombinasi terjang mikrofon, pijatan lick dan serangan di sepanjang leher bas, dan efek-efek di lantai yang membuat suara bertambah berat, keras, berdentam panas, berhembus deras. Sementara Daud bermain drum masih seperti dulu: variasi mendobrak jantung pertahanan. Rock kembali menjebolkan gawang!

Dengan hanya dua personil, baik dahulu maupun sekarang, masih juga tak mudah bosan menonton permainan mereka.

Terpikirlah untuk mengobrol bersama The Experience Brothers. Lama sudah tak bertemu dan berbincang-bincang dengan Daud, tahunan, sementara saya belum mengenal Andri Aruna. Saya kemudian menghubungi Satria Ramadhan, memintanya untuk jadwal ngeriung bersama The Experience Brothers dengan jari-jari jadi mulut di dalam WA group. Saya pun bertanya-tanya dengan beberapa jeda, antara lain karena harus membongkar gembok sepeda yang kuncinya saya hilangkan entah di mana.

The Experience Brothers (by Satria Ramadhan)
The Experience Brothers (by Satria Ramadhan)

Bisa cerita gak, Ndri, bagaimana perkenalan lo dengan the Experience Brothers? Pertama tahunya dari mana?

Andri: Awalnya dari website berita musik, DCDC. Gua langsung tertarik waktu lihat gambar band nyari personil tapi cuma berdua. Lah, ini kan sama dengan konsep band gua yang dulu? Alhasil, karena mendekati akhir deadline, gua langsung gercep nyari tahu ini band apa, karena memang sebelumnya lupa.

Terus?

Andri: Waktu itu pas banget bertepatan gua balik dari Aceh ke Jakarta. Tujuannya, ya, salah satunya buat nge-band lagi. Jadinya gua getol kulik lagu wajib cover-nya. Dan besoknya langsung kirim hasil video ke e-mail SRM. Dan, ya, ternyata langsung direpon positif. Akhirnya kita jamming di studio. Asli gua deg-degan kayak ikut Indonesian Idol haha. Ya, ternyata akhirnya diterima.

 Lo di Aceh lagi ngapain, Ndri?

Andri: Pas awal pandemi keadaannya gua masih kuliah online di UI, jadi balik ke sana. Sekalian bantu usaha keluarga. Ya, hampir setahun lah di sana.

Di UI ambil juruan apa?

Andri: Ambil profesi akuntansi. Linear, S1 juga akuntansi gua hehe.

Oh, sekarang lagi S2?

Andri: Jadi kalau profesi ibarat S2 tapi setahun. Dan sekarang sudah selesai. Tinggal menunggu tiga tahun kerja di bidang akuntansi untuk mendapatkan gelar. Dan, ya, sementara ini accounting jadi backup plan. Karena pandemi juga salah satunya membuat gua wajib mengejar passion, salah satunya musik dan semoga ke depan di bidang start up.

Tadi Andri bilang bahwa band dahulunya juga duo ya? Nama band-nya apa?

Andri: 2invasion. Rada sedih juga itu, sudah tiga kali gonta-ganti drummer. Akhirnya tengah 2018 vakum.

Sempat bikin single atau album?

Andri: Rilis single, bahkan baru terbentuk langsung rekaman hehe. Judulnya “Keep It Louder”. Secara makna, membahas pergerakan mahasiswa. Karena dulu S1 kan di UIN Jakarta, gabung organasisasi NU (PMII).  Ya, awalnya biar banyak teman aja. Perantauan kan ceritanya.

 Ok. Kalau Daud, gimana ceritanya vakum terus mau jalanin lagi The Experience Brothers?

Daud: Dari 2019 sebenarnya sudah mau jalanin Exbro (The Experience Brothers) lagi, tapi si Bram (Ibrahim Saladdin) gak mau. Sempat ngajak sampai tiga kali. Nah, akhirnya gw ketemulah sama Satria. Dari situ banyak ngobrol dan masukan untuk bikin audisi gitaris. Start bikin audisi dari Juli sampai Agustus.

Jadi, ide bikin audisi dari Satria ya?

Daud: Ho-oh. Awalnya gak gw iyakan karena pertimbangan masih pingin dari orang-orang yang dikenal dulu untuk cari posisi pengganti Bram, tapi karena lain hal akhirnya opsi audisi dijalankan.

 Sebelum 2019 itu kalian terakhir aktif kapan ya?

Daud: 2016, bulannya gw lupa.

Lo kalo gak salah dari kecil banyak dengerinnya “classic rock” ya? Band yang paling lo suka apa-apa sajakah?

Daud: Iya… beberpa kayak Led Zeppelin, the Beatles, Black Sabbath, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Deep Purple.

Umur berapa lo milih main drum?

Daud: umur 17 lah.

Kenapa lo milihnya drum?

Daud: Lebih macho aja hehehe.

Ahahay. Drummer favorit lo waktu itu siapa?

Daud: Pertama Charlie Watts, terus Bonzo, sama Ian Paice. Secara soalnya guru pertama gue belajar drum Ading, drummer-nya Acid Speed Band, terus guru berikutnya Bakar (Rotor/Sucker Head).

Dulu les privat di rumah gitu?

Iya, pertama kali les privat sama Ading. Berikutnya les sama Bakar di Chic’s, terus lanjut ke Yamaha, terakhir di IMI sama Deny AJD, drummer-nya Voodoo.

Lo memulai The Experience Brothers 20 tahun lalu, berapa usia lo saat itu?

Daud: Sekitar umur 23 tahun.

Kalau Andri, awalnya sukanya musik apa?

Andri: Kalau sukanya hampir semua genre. Mulai dari kelas 5 SD nge-band main lagu Ungu, Peterpan. Terus berkembang jadi anak festival. Waktu itu bener-bener ngulik mulai dari Bondan saat masih di Funky Kopral, Muse, J-rocks, bahkan Godbless, Dream Theater, pokonya standar anak festival. Nah, di SMA mulai kenal indie, bahkan RHCP dengan Flea-nya baru suka saat menuju kelas satu SMA. Dulu tinggal di kota Lhokseumawe, beda banget ekosistemnya. Nah, mulai makin “menggilanya” influence gua saat Radio Show TV One lagi jaya-jayanya. Di situlah tahu The Sigit, Ginda & The White Flower, Gugun Blues Shelter, dll.

Belajar alat musik dari mana, Ndri?

Andri: Awalnya diajarin abang. Bokap buat studio di rumah, biar anaknya hobinya nge-band aja haha. Kebetulan dari lima anak, empat laki-laki. Gua yang ke-empat.

Pertama belajar langsung bas? Umur berapa itu?

Andri: Awal drum, kelas 5. Trus kelas 6, waktu perpisahan sekolah, jadi main bas, karena ketemu drummer jago haha. Umur berapa, ya? 11-12 mungkin.

 Kelas 6 itu pertama kali manggung?

Andri: Secara panggung yang beneran, iya. Cuma di kelas 5 SD, bokap sempat adain panggung kecil di garasi, buat tes mental band-band tetangga yang cukup banyak juga ngumpul di rumah. Gua soalnya tinggal di komplek Migas, jadi lingkungannya memang dekat dari kecil sampai gede.

Kalau nyanyi sejak kapan?

Andri: Nah, nyanyi beneran itu baru masuk kuliah. Jadi, di kampus sulit juga ternyata nyari vokalis. Akhirnya waktu ospek, cobalah nyanyi bawain “Come Together”-nya the Beatles. Wah, ternyata pecah, responnya benar-benar gak disangka. Sampai jadi grup terbaiklah di ospek itu. Dari situ, mulai PD. Kebetulan juga suka nongkrong sama senior, jadi mulai disuruh jamming lah, manggung di sini-di situ. Sampai akhirnya berani ikutan ajang pencarian bakat Just Duet di NET TV.

Sempat masuk babak berapa?

Andri: 24 besar. Sudah lewat dua penjurian sampai tahap mentoring sama Once Mekel.

Artwork Buddo (by Della Vivilia Sinta)
Artwork Buddo by Della Vivilia Sinta

Tentang single terbaru kalian, bagaimana proses terciptanya?

Andri: Mulai kulik-kulik materi baru itu sebelum latihan pertama, cuma semua materi lama gua dimentahin sama Bang Daud hahaha. Sampai akhirnya latihan, terus cobalah bertukar ide dan referensi. Akhirnya gua coba berkontemplasi mikirin tema lagu. Dari tema, tercipta lick awal. Terus gua kirim, di-acc. Minggu depannya kita latihan, jadiin lagu itu. Entah kenapa langsung pas aja, dan Daud enaknya benar-benar bisa ngasih masukan yang enggak gua pikirin. Jadi, latihan ke dua, bagan lagunya sudah selesai, tinggal lirik.

 Lalu sejauh ini kalian sudah menulis berapa lagu?

Andri: Baru materi doang, tinggal kita jamming-in lagi. Soalnya latihan juga masih hitungan jari. Tapi gua sudah ada beberapa tema yang masih menyangkut “Buddo”. Intinya, coba membuat perandaian realitas sekarang dari sisi yang jarang dilihat orang.

 Yang benar-benar sudah jadi baru “Buddo” ya?

Andri: Iya baru itu aja.

Oh ya, boleh share lirik “Buddo” di sini, gak?

 

Woouo uo uow

Woo again I’m losing control

 

Don’t you ask your eye

How you live through day by day

You know how it feels

Wonder how the scenes

 

Don’t you ask your nose

How fishy smells cologne

Can I make up my mind

See the side in sees

 

Bridge:

Far away, far away

Chase that rainbow with the summer breeze

 

Wild bold thick

Wonder if get in

I can’t stand here

I can stand high

 

Call my name if the

pretty girls want see me in twins

Bon Appetite

Must be loved it

 

Like a highway to Bali

I told you got me, and I said

 

Reff:

Run kid run away!!

Something’s gonna break

Run Kid Run Away!!

 

Bridge 2:

Ooh better come back

Came outside I beg you

Revival the sequences

Wishing all the good to be true

 

Ooo no you got me

You got me…

 

We gotta go… We gotta go

I’m hoping for

Run away, run ah

I’m losing control.

 

Awww

Awww

Run

 

Kata atau kalimat pertama apa yang lo tulis?

Andri: “Woo again l’m losing control” sih kayanya

Berangkatnya dari “losing control” dulu baru dirangkai selanjutnya gimana atau memang dari awal sudah ada bayangan lebih pasti akan seperti apa keseluruhan liriknya?

Andri: Awal gua nulis itu buat seakan jadi video klip. Jadi alurnya sudah kebentuk walau cuma dua paragraf. Kata kuncinya waktu itu:”good trip”, “bad trip”, “anak kecil”, “pandemi”, “keluarga”. Salah satu inspirasinya dari anaknya Bang Daud haha. Makanya dari awal sudah gua masukin dalam cerita paragraf itu. Boleh dikatakan gua membayangkan keluarga Daud dalam kacamata video pendek.

Daud: Kayaknya lo emang nge-fan sama keluarga gw yak (emoticon pakai kaca mata hitam dan emoticon tertawa dengan kepala miring dan mengeluarkan dua tetes air mata besar).

 Memang sesering apa Andri main ke rumah lo?

Andri: Haha.. padahal baru ketemu sekali itu.

Daud: Hahaha.. belum pernah…cuma gw ajak anak-bini pas sesi foto Exbro aja.

Andri: Asli, gimana mau ketemu? Buat rekaman aja gua pp bisa tiga jam.

Daud: It’s a long way to top, man, if you want to Rock n’ Roll… Aseeekkk

Andri: Far away… far away… Chase that star, with the Google Drive way.

Credits Buddo - The Experience Brothers
Credits “Buddo” – The Experience Brothers

Saat bikin “Buddo”, dari nulis lagu, lirik, sampai hasil rekamannya, kurang lebih referensi kalian dari mana saja?

Andri: Kalau secara produksi, Pandu Fuzztoni (produser) ngasih masukan Death From Above 1979. Cuma berjalannya nyampur semua. Misalnya Royal Blood, Black Keys, Jack White. Yang awalnya kita bicarain, berjalannya jadi berubah-ubah setiap part. Tapi dari sisi gua bagian lirik, pure100% gak ada referensi. Mungkin karena dikit lagu yang gua hafal. Mungkin kalau bisa pun ada referensi, dari film. Biasanya tema, terutama film dokumenter.

Untuk Daud, apa yang lo bayangkan dengan mengaktifkan kembali the Experience Brothers?

Daud: Awalnya sebenarnya gw keinget bokap… dia mati-matian meyakinkan anak-anaknya bahwa kalian bisa hidup di musik asal konsisten. Awal karir Exbro, bokap gw sebagai penyokong dana di setiap event yang belum dibayar. Apa pun rela dilakukan bokap agar bermusik bisa terus jalan: materi, pikiran, tenaga, semua dikerahkan bokap gw. Itu awal gw bikin untuk jalanin Exbro lagi sekarang. Untuk ke depannya, sembari menyalurkan hasrat gw di Exbro yang gak bisa dibendung.

 

More Stories
January Christy
Masa-Masa Rekaman Awal: January Christy Bersama Harry Roesli